SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM “Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Mataram”

Standar

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
“Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Mataram”

SEMESTER V (LIMA)
Oleh :

I R M A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (1.2)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia. Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M.
Masa kerajaan Islam merupakan slah satu dari periodesasi perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, sebab sebagaimana lahirnya kerajaan Islam yang disertai dengan berbagai kebijakan dari penguasaannya saat itu, sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia terlebih-lebih agama Islam juga panah dijadikan resmi negara adalah kerajaan pada saat itu.
Perjalanan sejarah pendidikan islam di Indonesia, tentu saja kita tidak bisa menyampingkan bagaimana kerajaan Islam itu sendiri pada masa kerajaan islam ini.
Di Indonesia , Islam diperkenalkan dengan berbagai saluran, dengan pola dan cara-cara yang damai, selanjutnya disebarkan dengan cara yang sama pula, yaitu degan cara yang damai, yang tentunya membutuhkan kemampuan tersendiri bagi para penyebarnya. idak pernah tercatat dalam sejarah bahwa di Indonesia ada orang yang dipaksa menganut agama Islam.
B. Rumusan masalah
1. Biografi singkat Kerajaan Mataram
2. Pendidikan dan Pengajaran Islam masa Kerajaan Mataram
3. Keadaan Mataram setelah pemerintahan Sultan Agung
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui biografi Kerajaan Mataram
2. Mengetagui Pendidikan dan Pengajaran Islam masa Kerajaan Mataram
4. Mengetahui Keadaan Mataram setelah pemerintahan Sultan Agung

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Kerajaan Mataram
Sutowijoyo yang telah berhasil meruntuhkan Pajang mengangkat dirinya menjadi raja Mataram (1586-1601) dengan gelar Penambahan Sinapati Sayidin Panotogomo (yang dipertuan mengatur agama) dengan ibu kotanya kota Gede. Nampaknya banyak tantangan yang dihadapi, lebih-lebih oleh karena ia menunjukkan politik expansinya. Daerah-daerah yang dulunya berada di bawah pengaruh Pajang satu demi satu ingin melepaskan diri dari ikatan Mataram. Maka untuk memperkuat diri terpaksa Penambahan Sinapati mengadakan peperangan yang lama.
Peperangan yang pertama terjadi dalam tahun 1586 yaitu dengan Surabaya. Sarabaya tidak ditundukkan tetapi bersedia mengakui kekuasaan Sinapati.Pada tahun 1586 Sinapati menghadapi perlawanan kuat dari Madium dan Ponorogo. Mataram mendapat kemenangan. kemudian tahun 1587 ia menggempur Pasuruan, Panarukan dan Blambangan yang masih tetap belum islam, tetapi belum berhasil.Tahun 1595 ia berhasil memaksa Cirebon dan Galuh mengakui kekuasaannya.
Pajang, Demak serta daerah-daerah pantai utara, Jawa mengadakan pemberontakan, tetapi Penembahan Sinapati dapt berhasil memadamkannya. Cita-cita dan usahanya untuk mempersatukan seluruh Jawa di bawah kuasa Mataram belum berhasil. Sinapati wafat pada tahun 1601 dan dimakamkan di kota Gede. Ia telah berhasil meletakkan dasar-dasar kerajaan Mataram.
Penembahan Sinapati kemudian digantikan oleh Mas Jolong atau Penembahan Seda Ing Krapyah dengan gelar Sultan Anyokrowati (1601-1613). Pada masa itu keadaan Mataram goncang. Demak dan Ponorogo berontak, tetapi Sultan dapat mengatasinya. Kemudian tahun 1612 Surabaya tidak bersedia lagi mengakui kedaulatan Mataram. Akhirnya Sultan menduduki Mojokerto, merusak Gresik dan membakar desa-desa sekitar Surabaya, namun Surabaya tetap bertahan. Sultan mengalami kegagalan yang kemudian disusul oleh wafatnya pada tahu 1613.

B. Pendidikan dan Pengajaran Islam masa Kerajaan Mataram
Penggunaan gelar Sayidin Panatagama oleh Senapati menunjukkan bahwa sejak awal berdirinya Mataram telah dinyatakan sebagai Negara yang bercorak Islam. Raja berkedudukan sebagai pemimpin dan pengatur agama. Kedudukan kepemimpinan agama tersebut kemudian diperjelas lagi dengan tambahan gelar kalipatullah, wali Tuhan di dunia.
Mataram menerima agama dan peradaban islam dari kerajaan-kerajaan islam pesisir yang lebih tua. Misalnya Sunan Kalijaga mempunyai pengaruh yang sangat besar di Mataram. Tidak saja sebagai pembimbing agama, tetapi Senapati juga memandangnya sebagai pembimbing rohani di bidang politik.
Islam dikembangkan oleh guru-guru agama atau orang-orang saleh melalui lembaga-lembaga pendidikan agama yamg disebut pesantren. Sejak abad ke-17 pesantren nampak berkembang semakin pesat di daerah-daerah pedalaman.
Para penguasa Mataram mengizinkan perkembangan Islam melalui pesantren-pesantren tersebut. Secara politis memiliki dua tujuan :
1. Untuk mengambil hati pemimpin keramat Islam di Gresik, Sunan Giri, yang memiliki pengaruh yang besar terhadap raja-raja Islam di Jawa Timur, bahkan sampai di Maluku. Pesantren juga merupakan pusat-pusat jaringan ekonomi dan komunikasi yang melibatkan desa dan masyarakat sekelilingnya.
2. Karena pesantren itu sendiri tidak memiliki organisasi yang menyatukannya, maka Mataram memandang penyebaran Islam melalui pesantren tidak berbahaya.
Setelah pertengahan abad ke-17 ketika Islam telah jauh menembus pedalaman mulai terasa sebagai ancaman terhadap politik Mataram. Setelah itulah Amangkurat mulai mencurigai para ulama Islam.
Pigeaud dan De Graaf berusaha menjelaskan keterbelekangan Mataram di bidang kebudayaan tersebut ataas dasar dua alasan, antara lain :
1. Para pendiri Mataram belum punya waktu untuk memikirkan hal-hal spiritual , seluruh perhatiannya lebih tercurah pada soal pembukaan dan pemanfaatan sumber daya alam demi kemajuan ekonomi dan strategi pertahanan.
2. Penanaman kekuasaan politik ternyata hanya dapat dilakukan dengan kekuatan senjata. Karenanya masa pemerintahan raja-raja pertama Mataram hanya dihabiskan dalam peperangan.
Baru setelah pemerintahan Sultan Agung (1613) berkuasa, terjadi beberapa macam perubahan. Sultan agung setelah mempersatukan Jawa Timur dengan Mataram serta daerah-daerah yang lain, sejak tahun 1630 M mencurahkan perhatiannya untuk membangun negara, seperti menggalakkan pertanian, perdagangan dengan luar negeri dan sebagainya, bakan pada zaman Sultan Agung juga kebudayaan, kesenian dan keesusasteraan sangat maju.
Atas usaha dan kebijaksanaan dari Sultan Agung lah kebudayaan lama yang berdasarkan Indonesia asli dan Hindu dapat diadaptasikan dengan agama dan kebudayaan Islam, seperti:
a. Gerebeg di sesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi.
b. Gamelan sekaten yang hanya dibunyikan pada gerebeg mulud, atas kehendak Sultan Agung dipukul di halaman masjid besar
c. Karena hitungan tahun Saka (hindu) yang dipakai di Indonesia (Jawa) berdasarkan hitungan perjalanan matahari, berbeda dengan tahun Hijriah yang berdasarkan perjalanan bulan, maka pada tahun 1633 M atas perintah Sultan Agung, tahun saka yang telah berangka 1555 saka tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan perjalanan bulan (sesuai dengan tahun Hijrah). Tahun tersebut kemudian dikenal dengan tahun Jawa dan masih dipergunakan sampai sekarang.
Selain itu, Sultan Agung memerintahkan di tiap ibukota kabupaten didirikan sebuah masjid besar, sebagai induk dari seluruh masjid dalam kabupaten tersebut dan pada tiap ibukota distrik sebuah mesjid Kawedanan. Begitu pula di desa juga didirikan masjid desa. Masjid besar dikepalai oleh seorang penghulu dan dibantu oleh 40 orang pegawainya. Masjid Kawedanan dipimpin oleh naib, dan dibantu 11 pegawainya. Sedang masjid desa dikepalai oleh modin (kayim, kaum) dengan 4 orang pembantunya. Penghulu adalah kepala urusan penyelenggaraan Islam di seluruh daerah kabupaten. Pegawai penghulu sendiri dibagi menjadi 4 golongan (bendahara, ketib/khatib, modin/muadzin, merbot). Wilayah suatu daerah dibagi atas beberapa bagian sebagai usaha untuk memajukan pendidikan dan pengajaran Islam. Pelaksanaannya di tiap-tiap bagian dipercayakan kepada beberapa orang Ketib dan dibantu oleh beberapa orang modin
Pada zaman kerajaan Mataram, pendidikan sudah mendapat perhatian sedemikian rupa, seolah-olah tertanam semacam kesadaran akan pendidikan pada masyarakat kala itu. Meskipun tidak ada semacam undang-undang wajib belajar, tapi anak-anak usia sekolah tampaknya harus belajar pada tempat-tempat pengajian di desanya atas kehendak orang tuanya sendiri.
Ketika itu hampir disetiap desa diadakan tempat pengajian alquran, yang diajarkan huruf hijaiyah, membaca alquran, barzanji,, pokok dan dasar-dasar ilmu agama Islam dan sebagainya. Adapun cara mengajarkannya adalah dengan cara hafalan semata-mata. Di setiap tempat pengajian dipimpin oleh guru yang bergelar modin.
Selain pelajaran alquran, juga ada tempat pengajian kitab, bagi murid-murid yang telah khatam mengaji alquran. Tempat pengajianya disebut pesantren. Para santri harus tinggal di asrama yang dinamai pondok, di dekat pesantren tersebut.
Adapun cara yang dipergunakan untuk mengajar kitab ialah dengan sistem sorogan, seorang demi seorang bagi murid-murid permulaan, dan dengancara bendungan (halaqah) bagi pelajar-pelajar yang sudah lamadan mendalam keilmuanya.
Sementara itu pada beberapa daerah Kabupaten diadakan pesantren besar, yang dilengkapi dengan pondoknya, untuk kelanjutan bagi santri yang telah menyelesaikan pendidikan di pesantren-pesantren desa. Pesantren ini adalah sebagai lembaga pendidikan tingkat tinggi.
Kitab-kitab yang diajarkan pada pesantren besar itu ialah kitab-kitab besar dalam bahasa Arab, lalu diterjemahkan kata demi kata kedalam bahasa daerah dan dilakukan secara halaqah. Bermacam-macam ilmu agama telah diajarkan disini, seperti: fiqh, tafsir, hadits, ilmu kalam, tasawuf dan sebagainya. Selain pesantren besar, juga diselenggarakan semacam pesantren takhassus, yang mengajarkan satu cabang ilmu agama dengan cara mendalam atau spesialisasi.

C. Keadaan Mataram sesudah Sultan Agung
Mataram di bawah raja-raja pengganti Sultan Agung nampak mengalami kemunduran. Kekuatan Mataram makin berkurang sebagai akibat terjadinya perselisihan di antara keturunan Sultan Agung yang saling memperebutkan takhta kerajaan. Konflik yang terjadi berkepanjangan sehingga mengundang intervensi dari pihak lua, ialah dari pihak Belanda (VOC). Mekanisme dari pergantian takhta menjadi semakin tergantung dari pihak Belanda tang mensuplai senjata dan militer bagi calon raja yang meminta bantuan Belanda.Sebagai imbalan ganti rugi biasanya Belanda memperoleh sebagian wilayah kerajaan serta hak-hak ekonomi seperti kebebasan berdagang di seluruh wilayah kerajaan serta dibebaskan dari pembayaran bea bagi barang-barang yang dimasukkan di Mataram. Kendati wilayah Mataram yang merupakan hasil perjuangan Sultan Agung yang awalnya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat, di bawah penggantinya berangsur-angsur mulai menyempit.
Kemunduran pendidikan mulai terjadi pada zaman pemerintahan Kartasura kerajaan menjadi terbatas sekali. Lapangan pengajaran dan pendidikan diurus oleh masyarakat sendiri, tidak oleh pemerintah raja-raja. Mungkin ini juga merupakan salah satu sebab tidak adanya kemajuan dari pondok pesantren. Pemerintah kerajaan tidak berkuasa lagi untuk memajukan, sedangkan pemerintah Belanda menghalang-halangi. Tetapi meskipun demikian di kerajaan Mataram tidak sedikit orang-orang yang dapat membaca dan menulis dengan huruf Jawa. Kebanyakan mereka berusaha sendiri. Para raja-raja mengenal kesusastraan dan bahasa Jawa. Beberapa raja ada yang mengarang buku yang berisi pendidikan pula. Di dalam lingkungan kraton oleh raja diperintahkan untuk mempelajari bahasa dan kesusastraan yang umumnya disebut pujangga, antara lain :
1. Sultan Agung pengarang Niti Sastra
2. Paku Buana ke IV pengarang Wulang Reh
3. Mangkunegara ke IV pengarang Wedatama
Bukan hanya itu tetapi Mangkunegara juga memakai istilah pada pendidikan-pendidikan yang lain (pengganti kehendak bersatu dengan Tuhan), di antaranya :
1. Pendidikan jasmani bertuan memelihara kesehatan dan kekuatan badan sehingga selalu siap sedia untuk melaksanakan perintah jiwa. Manusia harus selalu waspada, jangan sampai jasmani menguasai jiwa. Untuk mencapai ini manusia harus dapat menguasai hawa nafsunya.
2. Pendidikan kecerdasan. Pikiran bermaksud menhimpun ilmu pengetahuan, dengan ini dpat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang nyata dan tidak nyata, Manusia harus bertindak menurut pikiran yang benar.
3. Pendidikan keindahan dan kesusilaan bermaksud melihat rasa, supaya dapat menyalami keindahan yang akan mempengaruhi rasa kesusilaan. Kalau pikiran yang cerdas dan perasaan yang halus bersatu, maka persatu-paduan cipta dan rasa ini akan menimbulkan tindakan yang baik dan adil.
4. Pendidikan jiwa bemaksud melatih kehendak dan mengarahkan kepada keluhuran. Sebagai puncak keluhuran ialah mempersatukan dengan Tuhan (Pendidikan ketuhanan).
Mangkunegara IV mengetahui pula bahwa contoh merupakan alat pendidikan yang utama. Maka kepada para pemuda dianjurkan mempelajari sejarah dari nwnwk moyang yang telah berjasa. Seperti Penambahan Senopati yang membentuk kerajaan Mataram. Mangkunegara mempunyai rasa kebangsaan yang besar.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam menentukan maju-mundurnya suatu peradaban dan bengsa. Kegiatan pendidikan, pada umumnya, sudah dimulai sejak zaman dahulu, dan tentunya telah mengalami berbagai macam perubahan, baik yang diakibatkan oleh dinamika pemikiran, maupun dinamika social-politik pada tempat dan waktu yang tertentu, begitu pun halnya dengan masa kerajaan Mataram.

DAFTAR PUSTAKA

Musa, Abd.Rahman, 1983. Sejarah dan Kebudaan Jilid 3. Ujung Pandang : IAIN “ALAUDDIN”
Sewang, Ahmad M. 2010. Sejarah Islam di Indonesia. Makassar : UIN Alauddin Makassar
Daliman, A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta : Ombak
Agung S, Leo. 2012. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta : Ombak

Satu tanggapan »

    • dari apa yg pernah sya baca sebelumnya, bahwa sanya Terdapat tiga fase penting dalam Sejarah Islam di Indonesia pra kemerdekaan yakni fase datangnya Islam ke Indonesia; fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi; dan fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik). Fase awal datangnya Islam ke Indonesia dimulai pada abad 7 M/1 H yang disebarkan oleh pedagang dan muballigh dari Arab di daerah Baros. Pendidikan Islam diperkenalkan bertahap, mulai dari mengucapkan kalimah syahadat dan diajak untuk mengakui rukun iman dan Islam. Dalam fase pengembangan melalui proses adaptasi, metode pendidikan keislaman yang digunakan ialah dengan cara sorogan dan halaqah. Fase selanjutnya ialah berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan penting yang mempengaruhi corak pendidikan Islam pada masa ini yaitu kerajaan di Aceh, Demak, dan Mataram.

      untuk selebihnya silahkan cari sumber lain, 😀

Tinggalkan komentar